Penerbitan
konvensional maupun digital sama-sama memerlukan pengelolaan kegiatan yang akan
melahirkan produk, namun berbeda dengan jenis kegiatan yang melahirkan produk,
namun berbeda jenis yang dilakukannya. Kegiatan ini juga akan menjaga relasi
dengan kustomer perpustakaan. Relasi dengan kustomer atau pengguna yang akan
melahirkan apa saja yang diistilahkan sebagai munculnya dampak dari proses
sebagai nilai-guna (value in-use process)
yang akan dirasakan oleh pengguna. Setiap program terdiri atas beberapa
kegiatan yang saling berkaitan. Gambar dibawah ini merupakan contoh peningkatan
variasi penerbitan dan proyeknya mulai dari revisi dan penerbitan buku panduan
sampai penerbitan skripsi dan tesis.
Setiap
terbitan yang dihasilkan perpustakaan dilakukan dengan memperhatikan turut
mewujudkan visi dan misi perpustakaan. Oleh sebab itu, bila perpustakaan ingin
menjalankan peran dan fungsinya maka terbitan yang dihasilkan akan mencerminkan
peran dan fungsinya sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelayanan kepada
publik-publiknya. Pemimpin penerbitan yang mengelola kegiatan penerbitan
memiiki peran yang penting dalam memberikan apa yang akan dan harus dilakukan
untuk mewujudkan visi dan misi melalui terbitan yang dihasilkan. Ada dua hal
pokok dalam manajemen penerbitan yakni visi pemimpin dan fokus terhadap
pengguna perpustakaan.
Ada juga proses yang ada dalam konteks pembelajaran
yakni proses penerbitan yang menggunakan kerangka kapabilitas operasional.
Berikut adalah contoh gambarnya;
Kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas
untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan penerbitan yang dilaksanakan akan
terwujud manakala ada kepemimpinan yang memfasilitasi dan mendorong manusia yag
dipimpinnya secara bersama-sama bekerja sesuai dengan perannyauntuk mencapai
tujuan. Keberhasilan manajer tergantung pada kinerja kerja anak buahnya.
Langkah kerja biasanya diawali dengan menyusun dalam sebuah tabel, seperti yang
biasa kita lakukan dalam menjelaskan urutan pekerjaan dan waktu pelaksanaan
serta penyelesaiannya. Tujuan penerbitan bukanlah terbitmya satu terbitan
melainkan kemampuan terbitan itu memberi nilai guna pada pengguna atau pembaca
terbitan. Berikut ini adalah contohnya;
Berikut
merupakan tahap-tahap dalam penerbitan yaitu sebagai berikut;
A.
Pracetak
Kegiatan
pracetak dimulai dengan tersedianya naskah untuk diterbitkan. Naskahnya
diperoleh secara aktif yang berarti pengelola terbitan berkirim surat untuk
memperoleh naskah kepada orang yang dipandang memiliki kapasitas untuk membuat
naskah. Bisa juga pengelola terbitan secara pasif menunggu datangnya kiriman
naskah. Ada kategori perolehan naskah yaitu naskah ditulis oleh pengguna
terbitan yang ditunjuk untuk membuat naskah. Pengelola terbitan tinggal
menunggu saja tim yang dibentuk itu menyelesaikan pekerjaannya. Bila naskahnya
diterima, maka tim redaksi mempertimbangkan kelayakan naskahnya. Naskah yang
sudah layak terbit akan diolah penyunting untuk memperbaiki kata dan
kalimatnya. Ada kalanya penyunting memperbaiki judul sehingga menjadi lebih
menarik dan mebuat orang tertarik untuk membacanya.
Manakala
naskahnya diperbaiki dan disempurnakan maka akan diberi jangka waktu tertentu.
Lamanya perbaikan itu tergantung dari bobot perbaikan yang dilakukan. Dalam
konteks penjadwalan kegiatan, penyuntingan dan pembuatan desain terbitan
merupakan titik kritis yang penting untuk mendapatkan perhatian dan
pengendalian yang baik. Kedua pekerjaan ini dikategorikan sebagai pekerjaan
kreatif sehingga membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berpikir yang prima.
Keterlambatan dalam penyelesaian kedua pekerjaan ini akan mengganggu
keseluruhan proses yang sudah dijadwalkan. Kita bisa membayangkan bagaimana
pemberian ilustrasi pada terbitan. Ilustrasi itu berupa foto, lukisan, potret,
diagram, peta atau tabel dan ilustrasi ini juga berfungsi ganda. Pertama, untuk
memudahkan pemahaman pembaca pada isi buku. Kedua, memberikan sentuhan artistik
pada terbitan atau menjadi dekorasi bagi terbitan yang kita lakukan. Ketiga,
untuk menghilangkan kejemuan pembaca. Dengan adanya ilustrasi maka pembaca
pembaca tidak hanya berhadapan dengan lembaran-lembaran yang berisi teks atau
huruf tetapi pembaca bisa memperoleh suasana lain, yaitu ada sajian ilustrasi.
Untuk
membuat ilustrasi pada buku yang berupa grafik atau bagan, perangkat lunak yang
cukup populer yaitu windows memiliki kemampuan untuk mengubah data kedalam
bentuk bagan atau grafik dengan sangat mudah dan cepat, serta menyediakan
berbagai bentuk yang menarik. Perancang buku tentu saja tidak menyiapkan
ilustrasi dan letak saja tetapi juga akan menetapkan jenis huruf seperti apa
yang akan dipergunakan, warna apa saja. Yang terpenting adalah karakter apa
yang ingin disajikan pada terbitannya. Apakah ingin membangun kesan akrab atau
formal? Kesan akrab dan informalnya dibangun dengan tata letak yang longgar,
sedangkan kesan formal dibangun melalui tata letak yang baku dengan huruf
formal dan rata tepi kiri dan kanan.
Bagian
terbitan adalah ukuran terbitan yang akan menentukan tipis tebalnya terbitan
kita. Kita bisa membuat seukuran dengan buku saku atau buku ukuran standar. Ini
tergantung pada tujuan penerbitan yang kita lakukan. Pada sisi lain, desainer
juga mempersiapkan rancangan sampul terbitan yang merupakan pertemuan awal
antara pembaca dan terbitan. Kesan yang ditimbulkan sampul sangat penting untuk
kelanjutan interaksi antara (calon) pembaca dan terbitan yang kita buat.
Adakalanya keinginan untuk tatap muka dan tata letak yang menarik tidak bisa
mengabaikan waktu. Desain yang indah dan menarik tetapi dibuat tidak sesuai
dengan jadwal yang sudah di susun tidak banyak artinya, karena hal itu akan
mengganggu keseluruhan proses penerbitan. Keterlambatan terbit akan mengakibatkan
dilanggarnya prinsip efektivitas dan efisiensi sehingga bertentangan dengan
prinsip-prinsip manajemen mutu.
Setelah
naskah buku disunting dan perancang tata letak menyelesaikan pekerjaannya,
langkah selanjutnya adalah memasukan naskah ke dalam tata letak yang sudah
dirancang melalui perangkat komputer. Setelah semua proses selesai, dibuat
cetak-coba untuk diperiksa dan dikoreksi. Bila proofreader selesai menjalankan
tugasnya, maka terbitan itu siap dibawa ke percetakan.
B.
Cetak
Ada
dua kegiatan pokok pada tahap ini, yakni pencetakan dan penjilidan. Proses
pencetakan di perpustakaan umumnya menggunakan jasa perusahaan percetakan.
Perpustakaan secara berkala membuat penerbitan dengan tiras per penerbitannya
cukup besar, misalnya 2.500-5.000 ekslemplar per terbitan akan lebih ekonomis
dalam jangka waktu tertentu jika memiliki percetakan sendiri. Saat ini,
kegiatan penerbitan di perpustakaan terbatas tetapi dengan adanya penerbitan
elektronik perpustakaan hanya menyiapkan proses pracetaknya saja. Karena apa
yang dicetak akan diupload yang kemudian di download oleh pemustaka. Sekarang
ini, perkembangan teknologi percetakan memungkinkan untuk bisa mencetak dalam
jumlah kecil dengan menggunakan pelat kertas sebagai master percetakannya. Setelah
terbitan tercetak, langkah selanjutnya adalah menjilidnya dan setelah di jilid
kita langsung mendistribusikannya.
C.
Pascacetak
Tahap
akhir dari proses penerbitan adalah membuat terbitan bisa menjangkau publiknya.
Tahap ini biasanya dikenal dengan kegiatan pemasaran atau distribusi terbitan
dan ini merupakan tahapan penting karena jika terbitan bisa menjangkau khalayak
sasarannya maka terbitan itu bisa mencapai tujuannya. Tujuan penerbitan bukan
hanya sekedar menerbitkan tetapi terbitan itu harus bisa menjangkau khalayak
sasarannya. Kita perlu mengkomunikasikan
kepada publik melalui berbagai saluran komunikasi yang tersedia sehingga konsep
kegiatan komunikasi pemasaran menjadi penting.
Dengan
adanya terbitan, perpustakaan dapat melakukan sebuah proses yang dapat membantu
individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya melalui
terbitan yang diterbitkan dengan tujuan untuk membangun dan membina hubungan
dengan pengguna perpustakaan. Gambar dibawah ini akan menujukkan ada 3 pilihan
pemasaran produk terbitan perpustakaan bila terbitan itu diedarkan secara
cuma-Cuma.
Dengan
melihat gambar diatas pilihannya adalah sebagai berikut;
1.
Melakukan pertukaran dengan semua
perpustakaan yang artinya terbitan yang kita buat diedarkan dengan cara
pertukaran dengan sesama perpustakaan lain.
2.
Setiap anggota perpustakaan menerima
terbitan kita.
3.
Dengan menunggu secara pasif datangnya
permintaan dari publik atas terbitan yang kita lakukan.
Ketiga
jenis distribusi bisa menjadi efektif
manakala perpustakaan memanfaatkan internet untuk menginformasikan
terbitan yang dilakukannya. Misalnya, disitus perpustakaan dinyatakan sudah
terbit buku panduan perpustakaan atau bibliografi. Bagi yang berminat bisa
mendownloadnya namun bagi yang menginginkan edisi cetaknya bisa berkirim email
permintaan pada perpustakaan. Pendistribusian
dengan melakukan pertukaran terbitan, tentu akan membutuhkan biaya kirim
melalui jasa kurir atau pos. Pendistribusian secara cuma-cuma pada anggota
perpustakaan juga memerlukan biaya distribusi seperti pembuatan daftar anggota
yang sudah menerima terbitan. Sedangkan pendistribusian berdasarkan permintaan
akan memerlukan biaya pengiriman sama halnya dengan kita mngedarkannya melalui
pertukaran. Lain halnya jika kita membuat terbitan digital, biaya
pendistribusiannya secara tidak langsung akan menjadi beban bagi mereka yang
membutuhkan terbitan tersebut dan mereka harus membayar biaya untuk bisa
online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar